Saturday, August 14, 2010
Rindu....
Air mata Wanita
Assalamualaikum..........
Suatu ketika, ada seorang anak lelaki yang bertanya kepada ibunya."Ibu, mengapa ibu menangis?"Ibunya menjawab, "Sebab ibu wanita."
Dia tidak mengerti, kata si anak lagi.Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat."Nak, kamu memang tidak akan mengerti..."
Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya."Ayah, mengapa ibu menangis?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan."Hanya itu jawapan yang dapat diberikan oleh ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan mendapat petunjuk daripada Allah mengapa wanita mudah sekali menangis.
Saat Allah menciptakan wanita, Dia membuat menjadi sangat penting.
Allah ciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya. Walaupun, bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.
Allah berikan wanita kekuatan untuk melahirkan zuriat dari rahimnya. Dan sering kali pula menerima cerca daripada anaknya sendiri.
Allah berikan ketabahan yang membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah di saat semua orang berputus asa.
Wanita, Allah berikan kesabaran, untuk merawat keluarganya walau letih, sakit, lelah dan tanpa berkeluh-kesah.
Allah berikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam situasi apa pun. Biarpun anak-anaknya kerap melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini memberikan kehangatan kepada anak-anaknya yang ingin tidur. Sentuhan lembutnya memberi keselesaan dan ketenangan.
Dia berikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa kegentiran dan menjadi pelindung baginya. Bukankah tulang rusuk suami yang melindungi setiap hati dan jantung wanita?Allah kurniakan kepadanya kebijaksanaan untuk membolehkan wanita menilai tentang peranan kepada suaminya.Seringkali pula kebijaksanaan itu menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap saling melengkapi dan menyayangi.
Dan akhirnya, Allah berikannya airmata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Allah berikan kepada wanita, agar dapat digunakan di mana ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata!Ini airmata kehidupan.
Sama halnya dengan laki-laki jika emosi sudah memuncak maka dia akan memukul atau bertarung dengan orang yang buat dia emosi, atau meninggalkan tempat yang membuatnya emosi menuju tempat yang sepi untuk menyendiri dan ga boleh ada orang yang mengganggunya. Nah kalau di wanita caranya beda, yaitu dengan menangis.
Curahan hati merupakan cara lain wanita untuk menenangkan atau menstabilkan emosinya. Ketika wanita kena masalah, dia akan cenderung mencari orang yang dia percayai untuk bercurhat masalah yang sedang dia hadapi. Dengan kita mendengarkan curhatannya, berarti kita sudah berhasil membantu dia mengatasi sebagian besar masalahnya. sebenarnya ketika dia kena masalahnya, dia itu sudah tahu jalan keluarnya, tapi karena masih emosi, solusi itu seolah-olah tidak muncul di pikirannya. Nah setelah curhat pada orang yang dia percayai dan emosinya mulai stabil, barulah solusi yang memang sudah ada di otaknya nampak dengan jelas di pikirannya.
Kesalahan terbesar lelaki yang sering tidak dirasakan adalah, ketika wanita curahan hati dia malah banyak berkomentar atau ngasih solusi yang belum dibutuhkan wanita. Sabarlah dalam mendengarkan curhatan wanita sampai dia bertanya tentang pendapat kita atau sampai dia bertanya solusi yang tetap terhadap masalahnya menurut kita, baru setelah itu kita berkomentar. Biasanya kalau kita berkomentar sebelum dia minta dikomentari, wanita akan merasa bahwa kita ga mengerti perasaannya, dan dia jadi kecewa. Ketika sedang bercurhat, yang dibutuhkan wanita adalah orang yang mau mendengarkan curhatannya, bukan orang yang punya seribu komentar.
Barangkali lelakilah, manusia yang paling miskin khazanah nuansa emosional. Realitas sosial secara sistematis membuat garis demarkasi yang ketat antara pria dengan airmata. Bahka dalam kamus hidupnya airmata terlanjur dipersepsikan sebagai ekspresi kecengengan dan kelemahan. Tengoklah kata, "Diam! Kamu laki-laki jangan menangis." Atau, "Dasar cowok cengeng, sana nangis di ibumu!"
Tiba-tiba setelah berumah tangga ia harus serumah dengan wanita, sosok yang sering memakai bahasa airmata. Pada banyak kondisi dan situasi arimatanya bisa tumpah ruah seolah tanpa batas. Maka disanalah bermula perjalanan misterius yang penuh kejutan.
Pertama melihat airmata, ketika upacara ijab qabul berlangsung sakral. Entah mengapa ada bintik-bintik bening merebak, membasahi mata gadis pilihannya. Terfikir dalam hati : "Apakah wanita itu menyesal menikah denganku? Kalau tidak, lalu mengapa harus ada airmata?".
Kenapa mata sang istri sembab berlinang air ketika kepala suaminya berlumuran darah jatuh dari sepeda motor? Sementara ia sendiri merasa biasa-biasa saja. Mengapa matanya berkaca-kaca saat melepas rindu setelah lama berpisah? Sedangkan ia malah tertawa-tawa. Sang istri menangis setelah melahirkan bayi yang telah lama dinanti.
Sebagai suami pemula ia belum siap menerjemahkan bahasa airmata dengan sempurna. Betapa rumit logikanya menerima saat wanita meneteskan airmata, sambil memeluk bayi yang demam tinggi. Padahal obat penawar baru saja usai diberikan. Apakah airmata bisa mengurangi sakit?
Tapi anehnya, wanita tidak menteskan airmata ketika suami di PHK, saat tergusur dari pondok kontrakan, susu bayi tiada, atau dapur yang mulai jarang berasap. Istri tidak menangis bla tiga tahun menikah belum selembar baju barupun dihadiahkan suami tercinta. Atau milad perkawinan yang dirayakan cukup dengan makan nasi dingin. Rumah kontrakan yang sering kebanjiran. Bahkan ketika dia "terpaksa" ikut serta memeras keringat menopang ekonomi keluarga yang timpang.
Alhasil walaupun telah berumah tangga, ternyata sungguh rumit menakar harga airmata wanita dengan timbangan rasionalitas semata. Sebagai suami ia menyadari kewajibannya untuk mendidik, membina dan mencintai istri. Maka mau tidak mau ia harus menyelami kehidupan emosional dan karakteristik perasaan wanita, termasuk dimensi airmata.
Walau disesali juga mengapa tidak ada mata kuliah hikmah airmata? Mana referensi buku-buku, atau hasil penelitian yang mengkaji makna tetesan bening dari pelupuk mata istri? Semula hanya berasumsi, semua wanita memang menangis tanpa ada alasan.
Ternyata jawabannya ada di ensiklopedi kehidupan, serta kekayaan pengelaman yang direguk selama berumah tangga. Sedikit demi sedikit mulai di pahami. Sebenarnya airmata wanita adalah Airmata Kehidupan.
Airmata kekuatan, untuk melahirkan bayi dari rahimnya. Airmata kehangatan bagi bayi dalam dekapan lembutnya. Airmata yang peka dan kasih, untuk mencintai dan merawat semua anak dan keluarga, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi bagaimanapun. Walau letih, walau sakit, tanpa berkeluh kesah. Padahal tak jarang orang-orang yang dicintai itu menyakiti perasaannya, melukai hatinya.
Airmata ketabahan, atas kesederhanaan hidup namun tak membuatnya minder dalam pergaulan. Apalagi mengurangi husnudzannya terhadap Allah. Airmata ketegaran, saat rumah tangga melewati masa-masa pancaroba, atau hampir karam oleh badai cobaan. Seperti tangisan bahagia Khansa' (bukan sinetron) atas wafatnya suami dan tiga putera tercinta di medan laga, syahid demi membela kekasih sejati. Itulah airmata keperkasaan, yang membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat melalui masa-masa sulit. Kegetiran malah membentuk kepribadian yang tangguh.
Airmata kesucian, sebagaimana tangisan Aisyah R.A ketika dituduh berselingkuh oleh kaum munafik. Sehingga menimbulkan kisruh dikalangan umat Islam bahkan Rasul pun hampir terpengaruh. Tapi Allah maha tahu. Airmata kesucian itu dikukuhkan kebenarannya oleh Al-Qur'an.
Airmata yang bersumber dari mata air kehalusan perasaan ketika bersentuhan dengan hal-hal yang mengusik hati nurani. Tangisannya bukan karena kecengengan, tapi menunjukkan betapa halus dan lebutnya perasaan yang ia miliki. Wanita berfikir dengan hati dan merasa dengan fikirannya.
Subhanallah! Sejauh perjalanan pernikahan ini, ia telah melihat hampir semua jenis airmata itu berkumpul pada sosok istri tercinta. Airmata yang akan terus menetes hingga membasahi hati. Sebagai refleksi atas ketawadhu'an, qona'ah, dan istiqamahan diri. Juga menumbuhkan ketulusan cinta yang luar biasa.
Akhirnya ia berani menyatakan, "Andai wanita tanpa airmata, maka dunia akan berduka cita." Tiba-tiba sang suami pemula itu ingin belajar menangis.
dan diriku alhamdulillah telah memahami air yang menetes dipipimu ya habibaty